Sabtu, 03 April 2010

Gangguan Belajar Yang Spesifik

DISLEKSIA

Disleksia atau reading disabilities adalah kelainan neurologis yang menyebabkan kemampuan membaca anak di bawah kemampuan yang semestinya, jika mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia, dan pendidikannya.

PENYEBAB:

1. Neurologis

Gangguan ini bukanlah suatu ketidakmampuan fisik, semisal kesulitan visual. Namun murni karena kelainan neurologis, yakni bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca oleh anak secara tidak tepat, terutama otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, ada perkembangan yang tidak proporsional pada sistem magno-cellular, yang berhubungan dengan kemampuan melihat benda bergerak (moving images) yang menyebabkan ukurannya menjadi lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih sulit karena otak harus membaca dan memahami secara cepat huruf-huruf dan sejumlah kata yang berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata ketika mata men-scanning kata dan kalimat.

2. Keturunan

Menurut penelitian, 80% penderita disleksia mempunyai anggota keluarga dengan kesulitan belajar (learning disabilities) dan 60% di antaranya kidal (left-handedness).

3. Gangguan pendengaran sejak dini

Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tak terdeteksi, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya.

4. Kombinasi

Kombinasi dari berbagai faktor di atas menjadikan kondisi anak dengan gangguan disleksia kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinu.

CIRI-CIRI:

1. Bermasalah ketika harus memahami apa yang dibaca.

2. Sulit menyuarakan fonem dan memadukannya menjadi sebuah kata.

3. Sulit mengeja secara benar. Bahkan bisa jadi anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan, walaupun kata tersebut berada di halaman buku yang sama.

4. Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata. Misal, kata SAYA ejaannya adalah S­A­Y­A.

5. Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional.

6. Sulit mengeja kata/suku kata dengan benar. Bisa terjadi anak akan terbalik-balik membunyikan huruf, atau suku kata.

7. Terlambat perkembangan kemampuan bicara dibandingkan dengan anak-anak seusianya pada umumnya.

8. Terlambat dalam mempelajari alfabet, angka, hari, minggu, bulan, warna, bentuk dan informasi mendasar lainnya.

9. Terlihat kesulitan dalam menuliskan huruf ke dalam kesatuan kata secara benar.

10. Bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan: d-b, u-n, m-n .

11. Rancu terhadap huruf yang bunyinya mirip: v, f, th.

12. Sering menuliskan/mengucapkan kata terbalik-balik. Umpama, kata hal menjadi lah.

13. Membaca suatu kata dengan benar di satu halaman, tapi keliru di halaman lain.

14. Mengucapkan susunan kata secara terbalik-balik. Contoh, Kucing duduk di atas kursi diucapkan Kursi duduk di atas kucing.

15. Rancu terhadap kata-kata yang singkat, seperti ke, dari, dan, jadi.

16. Membaca dengan benar tapi tak mengerti apa yang dibacanya.

PENANGANAN:

1. Metode multi-sensory

Anak akan diajarkan mengeja, tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya dan kemudian diucapkannya kembali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual serta taktil (sentuhan) dengan cara menuliskan huruf-huruf tersebut di udara dan di lantai, membentuk huruf dari lilin (plastisin) atau dengan menulis besar-besar di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan, dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.

2. Membangun rasa percaya diri

Ajak anak mengevaluasi dan memahami dirinya sendiri, kelebihan dan kekurangan yang ada padanya, agar dia dapat melihat secara objektif dan tidak hanya terfokus pada kekurangannya sebagai anak dengan gangguan disleksia. Apalagi menurut penelitian, anak-anak ini cenderung mempunyai kelebihan dalam hal physical-coordination, kreativitas, dan kemampuan berempati pada orang lain.

DISGRAFIA

Kelainan neurologis yang menyebabkan kemampuan menulis anak di bawah kemampuan yang semestinya, jika mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia dan pendidikannya. Kondisi ini bisa meliputi hambatan secara fisik, seperti tak dapat memegang pensil dengan mantap ataupun tulisan tangan yang buruk.

PENYEBAB:

Seperti halnya disleksia, disgrafia juga disebabkan faktor neurologis, yakni adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Anak mengalami kesulitan dalam harmonisasi secara otomatis antara kemampuan mengingat dan menguasai gerakan otot menulis huruf dan angka. Kesulitan ini tak berkaitan dengan masalah kemampuan intelektual.

CIRI-CIRI:

1. Ada ketidakkonsistenan huruf dalam tulisannya.

2. Saat menulis, tercampur penggunaan huruf besar dan huruf kecil.

3. Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.

4. Anak tampak harus berusaha keras saat mengomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.

5. Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan stabil dan mantap seperti anak pada umumnya. Anak terlihat memegang alat tulis terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas.

6. Berbicara pada diri sendiri ketika menulis, atau malah terlalu memerhatikan tangan yang dipakai menulis.

7. Menulis dengan tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis-garis yang tepat dan proporsional.

8. Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin (copy) contoh tulisan yang sudah ada.

PENANGANAN:

1. Menyajikan tulisan cetak.

Ajari anak untuk menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Melalui komputer, anak dapat didorong untuk menggunakan spell-checks yang merupakan bagian atau fasilitas word processor.

2. Membangun rasa percaya diri.

Dorong anak supaya tetap percaya diri dan tidak terfokus pada kekurangannya. Kesabaran orangtua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.

3. Latih terus menulis.

Jadikan latihan menulis sebagai kegiatan menyenangkan. Misal, menulis surat ke teman, menulis kartu pos, dan sebagainya. Hal ini akan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan menulis anak dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.

DISKALKULIA

Yaitu, ketidakmampuan kalkulasi secara matematis atau istilah lainnya, math difficulty. Bentuk kesulitan yang dialami anak adalah dalam berhitung (counting) dan mengalkulasi (calculating). Anak juga kesulitan mengonseptualkan atau memahami proses-proses matematis.

PENYEBAB:

1. Mempunyai kelemahan dalam proses visual (Visual Processing Weakness).

2. Masalah dalam hal mengurutkan (Problem Sequencing). Anak yang mengalami kesulitan dalam mengurutkan dan mengorganisasikan informasi secara detail, umumnya akan sulit mengingat sebuah fakta, konsep ataupun formula untuk menyelesaikan kalkulasi matematis. Jika problem ini yang menjadi penyebabnya, anak cenderung mengalami hambatan pada aspek kemampuan lainnya, seperti membaca kode-kode dan mengeja serta apa pun yang membutuhkan kemampuan mengingat hal-hal detail.

3. Fobia matematika. Beberapa anak yang pernah mengalami trauma dengan pelajaran matematika membuatnya kehilangan rasa percaya diri dan akhirnya mengalami kesulitan dengan hal-hal yang mengandung unsur hitungan.

CIRI-CIRI:

1. Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal, malah sering kali mempunyai memori visual yang baik dalam merekam kata-kata tertulis.

2. Sulit melakukan hitungan matematis. Dalam contoh kasus sehari-hari, misal, sulit menghitung transaksi belanja, menghitung kembalian uang. Sering kali anak jadi takut memegang uang atau menghindar untuk melakukan transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus melibatkan uang.

3. Sulit melakukan proses-proses matematis, seperti menjumlahkan, mengurangi, membagi, mengalikan, dan konsep hitungan angka atau urutan.

4. Terkadang mengalami disorientasi. Disorientasi waktu, misal, bingung mengatakan jam berapa sekarang ini. Disorientasi tempat, contoh, tak bisa membaca dan memahami peta atau petunjuk arah.

5. Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak tentang waktu. Umpama, bingung dalam mengurut kejadian masa lalu atau masa mendatang.

6. Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan angka-angka. Seperti proses substitusi, mengulang terbalik, serta proses-proses hitungan seperti deret hitung dan deret ukur.

7. Mengalami hambatan dalam mempelajari musik, terutama karena sulit mengikuti konsep not, urutan nada, dan sebagainya.

8. Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga, karena bingung mengikuti aturan main yang berhubungan dengan skor dan nilai.

PENANGANAN:

1. Visualisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti anak dengan menggunakan gambar atau cara lain yang menyenangkan.

2. Bisa juga dengan memverbalisasikan konsep matematis yang sulit dimengerti dan minta anak mendengarkan secara cermat, karena biasanya anak-anak ini tak mengalami kesulitan memahami konsep secara verbal.

3. Tuangkan konsep matematis ataupun angka-angka secara tertulis di atas kertas untuk memudahkan anak melihatnya, daripada hanya sekadar membayangkan secara abstrak. Atau bahkan kalau perlu, menuliskan urutan angka-angka itu untuk membantu anak memahami konsep setiap angka sesuai dengan urutannya.

4. Tuangkan konsep-konsep matematis dalam praktik serta aktivitas sederhana sehari-hari. Seperti, berapa buah sepatu yang harus dipakainya jika bepergian, berapa potong pakaian seragam sekolahnya dalam seminggu, berapa jumlah kursi makan yang diperlukan jika disesuaikan dengan anggota keluarga yang ada, dan sebagainya.

5. Sering-sering mendorong anak untuk melatih ingatan secara kreatif, entah dengan cara menyanyikan angka-angka, atau cara lain yang mempermudah mengingat angka.

6. Pujilah setiap keberhasilan, kemajuan, dan usaha yang dilakukan anak.

7. Harus ada kerja sama terpadu antara guru dengan orangtua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuannya. Misal, guru memberi saran tertentu pada orangtua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, latihan yang disarankan, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar